Rindu Kampung Halaman. Dua Tahun Tidak Pulang Karena Covid-19

Foto  : drg. Syaf Satriawarman, Sp.Pros, M.Kes.
Foto : drg. Syaf Satriawarman, Sp.Pros, M.Kes.

Tahun 2020 lalu, pejabat Sidoarjo kelahiran Bandung selatan ini tidak bisa mudik karena masih pandemi Covid-19. Bisa jadi pada tahun 2021 ini,  dirinya kembali tidak bisa mudik saat lebaran.   Karena kembali ada larangan mudik dari Pemerintah .

Kepala Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo, drg.Syaf Satriawarman, Sp.Pros, mengakui ikhlas, karena itu sudah menjadi aturan dari Pemerintah.

“Ya bagaimana lagi. Kita harus taat pada aturan.  Terpaksa pulang setelah libur lebaran habis. Itu kalau ada kesempatan. Kalau tidak ada, ya sama saja. Tetap saja  tidak bisa  pulang,” komentar  Syaf Satriawarman, belum lama ini.

Diakui aturan pelarangan mudik lebaran bagi ASN di lingkungan Pemkab Sidoarjo, dituangkan dalam Surat Edaran (SE) tertanggal pada 26 April 202. Ditanda tangani oleh Bupati Sidoarjo  Ahmad Muhdlor Ali, SIP.

Dalam SURAT EDARAN Bupati Nomor : 800/3204/438 . 6 . 4/2021 itu mengatur  tentang Pembatasan Kegiatan Bepergian Keluar Daerah
Dan/Atau Mudik Dan/Atau Cuti Bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara Dan Non Aparatur
Sipil Negara Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19)
di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo.

Yang mana, Pegawai Aparatur Sipil Negara dan Non Aparatur Sipil Negara beserta keluarganya, dilarang melakukan kegiatan bepergian ke luar daerah dan/atau mudik pada
periode 6 Mei sampai dengan 17 Mei 2021.

Surat Edaran Bupati tersebut mendasari SE dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi, tanggal 07 April 2021 nomor 08 Tahun 2021,  tentang Pembatasan Kegiatan
Bepergian Keluar Daerah Dan/atau Mudik Dan/Atau Cuti Bagi Pegawai Aparatur Sipil
Negara dan Non Aparatur Sipil Negara Dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019
(COVID-19), ada pembatasan Kegiatan Bepergian ke Luar Daerah dan/atau Mudik.

Karena tidak bisa pulang mudik saat libur lebaran, menurut Syaf, maka alternatip yang bisa dilakukan  tentunya hanya cukup telpon-telponan saja. Dengan kerabat dan saudara disana.

“Tetapi tetap tidak bisa mengalahkan bila bertemu langsung,” ujarnya mengakui.

Bila telpon telponan, menurut pejabat yang tinggal di kawasan perumahan pondok Mutiara itu,  rasa rindu ingin ketemu langsung terus masih ada.

Salah satu alasannya, karena keluarga besarnya berada di Bandung selatan. Kebetulan sang istri juga orang Bandung. Ditambah, udara disana lebih dingin. Dianggap  enak untuk menghabiskan masa-masa tuanya.

“Nanti kalau sudah  pensiun, saya memilih tinggal di Bandung saja. Menghabiskan masa tua disana,” kata ayah dua orang putra itu.

Meski Kota Bandung terkenal dengan udaranya yang dingin dan sejuk, namun diakui juga, ada sejumlah titik tempat yang mulai panas. Dikarenakan perkembangan pembangunan yang pesat disana.â–Â