Mitos yang Salah Tentang HIV

Selama ini, banyak anggapan yang salah di masyarakat mengenai penyebaran HIV pada manusia. Walaupun HIV menyebar melalui darah dan cairan tubuh lainnya, namun tidak semua cairan tubuh dapat membawa HIV.

  • Keringat, menempelnya keringat pengidap HIV positif pada kulit orang sehat tidak akan menularkan virus tersebut. HIV tidak terdapat pada keringat, tapi pada darah, cairan kelamin dan ASI.
  • Saliva/liur, tidak dapat menularkan HIV.
  • Bersin dan Batuk, merupakan kasus yang sama dengan air liur, dimana cairan hidung bukanlah media penularan HIV, selama tidak mengandung darah.
  • Menggunakan WC, yang sama tidak menyebabkan tertular HIV sebab kotoran dan air seni tidak dapat membawa HIV.
  • Makan dengan alat makan yang sama, tidak akan menularkan HIV karena sekali lagi air liur tidak dapat membawa virus ini.
  • Gigitan nyamuk dan serangga lainnya, tidak akan menularkan HIV. Nyamuk hanya mengisap darah yang digigitnya dan hanya memasukkan liurnya dalam tubuh yang berupa bentol, nyamuk tidak meninjeksikan darah yang sudah dihisap ke tubuh lain.
  • Berenang bersama tidak menularkan HIV.

 

 

HIV bukan virus yang hidup di udara, air,  kotoran/tinja, ataupun air seni. HIV tidak dapat bertahan lama diluar badan manusia. Oleh karena itu, hubungan sosial yang normal dengan pengidap HIV tidak membuat kita tertular HIV. Dengan mengetahui bahwa cairan tubuh yang rawan HIV adalah darah, cairan kelamin, dan ASI, maka kita dapat menjaga tindakan dan perilaku kita agar tidak berisiko terkena HIV. 

SEKS BEBAS

Tren seks bebas yang mulai merasuki anak muda sekarang merupakan peringkat pertama dalam penyebaran HIV di kota-kota besar, tak terkecuali di Indonesia, 51,3% penyebaran HIV di Indonesia terjadi akibat hubungan seks bebas, dan angka tersebut semakin menanjak di kalangan anak muda dan pekerja.

Penularan HIV melalui seks bebas mungkin telah menjadi pengetahuan umum, dan berita mengenai penularan itu sudah sering kita dengar banyak terjadi pada kalangan biasa kita sebut “kelompok tertentu” dalam masyarakat….. Sedangkan warga kota besar berbeda dengan mereka. Warga kota adalah warga terpelajar yang mengenyam pendidikan tinggi, mengerti apa yang baik dan yang buruk, mendapat kebutuhan sandang-pangan-papan yang layak, hidup bersih, sehat, waspada terhadap hal baru, dan pastinya jauh dari kemungkinan tertular HIV. Apakah benar begitu?

Ternyata statistik terakhir Kementerian Kesehatan menunjukkan pengidap HIV terutama pada kaum muda di kota besar melonjak drastis. Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi? Sebelum mengetahui jawabannya, mari selidiki pertanyaan di bawah ini.

APAKAH PENGIDAP HIV BISA DIBEDAKAN DENGAN ORANG NORMAL?

Sebagian besar orang yang baru terkena HIV tidak merasakan gejala jelas, gejala awal yang muncul bisa berupa flu ringan, sakit kepala, demmam, lelah ataupun tidak ada gejala sama sekali. Gejala tersebut merupakan gejala yang umum muncul pada setiap orang, baik yang tidak terinfeksi HIV, maupun yang terinfeksi. Selanjutnya seseorang tinggal minum obat sakit kepala, obat flu, banyak minum air putih dan istirahat yang cukup, dan merasa sehat kembali. Namun siapa sangka bahwa virus mematikan itu telah masuk ke dalam tubuh? Padahal dia terlihat baik-baik saja seperti orang sehat lainnya.

Saat tertular HIV sampai pada munculnya gejala yang sebenarnya bisa memakan waktu berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun, bahkan sampai 10 tahun! Nah, coba dibayangkan bagaimana jika yang menjadi pasangan anda ternyata mengidap HIV.

Padahal dia terlihat sangat sehat? Apakah mereka bisa memastikan mereka tidak tertular hanya karena merasa sehat-sehat saja? Bagaimana dengan kehidupan seks bebasnya yang terdahulu? Lantas bagaimana seseorang dengan perilaku seks bebasnya bisa dengan yakin bahwa dia dan pasangannya tidak mengidap HIV? Jawabannya adalah tidak bisa. Seseorang yang terinfeksi HIV tidak bisa dibedakan secara kasat mata.

Kembali ke pertanyaan sebelumnya. Mengapa pengidap HIV terutama pada kaum muda di kota besar melonjak drastis. Bagaimana hal sepoerti itu bisa terjadi? Jawabannya adalah perilakunya yang membuat seorang terkena HIV, yaitu perilaku seks bebas, BUKAN penampilannya!

Oleh Karena Itu Stop Seks Bebas

Gunakanlah keteguhan hati, moral dan iman anda, sebab penyesalan memang selalu datang belakangan, tetapi pilihan selalu tersedia sebelumnya. Jangan memilih perbuatan yang membawa anda pada penyesalan yang tidak ingin anda hadapi.

“Setiap pengidap HIV positif bisa terlihat persis sama dengan orang sehat dan normal dalam jangka waktu yang panjang bahkan bisa sampai 10 tahun”.

TERAPI UNTUK PENGIDAP HIV

Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk mengatasi HIV, terapi obat yang ada hanya dapat memperlambat kerja virus ini, namun tidak dapat menghilangkan HIV dari tubuh. Khasiat atau kinerja dari terapi ini sangat dipengaruhi seberapa awal terapi mulai digunakan oleh pengidap HIV. Tetapi terapi ini juga memancing banyak efek samping seperti tidak berfungsinya organ-organ dalam.

Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai

Selain dari pemakaian narkoba dan seks bebas, HIV juga bisa menular melalui:

  • Tranfusi darah yang tidak steril. Pastikan bahwa saat anda mendonorkan darah ataupun berada dalam kondisi memerlukan tranfusi darah bahwa darah tyersebut sudah dipastikan steril.
  • Tattoo dan piercing/tindik juga bisa menjadi media penyebar HIV. Pastikan bahwa tiap jarum yang digunakan sudah steril atau baru.
  • Wanita hamil penderita AIDS memiliki kemungkinan untuk menularkan HIV kepada janin yang dikandungnya, terdapat bermacam pencegahan asalkan sudah mengetahui dari awal kondiisi HIV-nya. Sesudah bayi tersebut lahir, ASI dari ibu tersebut adalah hal yang tidak boleh diberikan karena cairan ASI juga bisa menjadi media penyebaran HIV. 

Jelas sudah….. agar tidak terkena HIV AIDS, Mencegah adalah satu-satuya pilihan

Kini kita dapat berbesar hati karena kita sudah tahu persis bagaimana caranya agar diri kita tidak terkena HIV-AIDS. Jiwa yang tegar menolak menggunakan narkoba, hati yang murni menolak melakukan seks bebas. Aku bangga aku tahu ….!