Maksimalkan Peran Kader Kesehatan untuk Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi di Kabupaten Sidoarjo

Teks Foto : Kegiatan Pertemuan Sosialisasi Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi oleh Kader di Ruang Delta Graha Setda Kab.Sidoarjo
Teks Foto : Kegiatan Pertemuan Sosialisasi Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi oleh Kader di Ruang Delta Graha Setda Kab.Sidoarjo

Kematian ibu hamil saat melahirkan yang ada di Kabupaten Sidoarjo,  pada tahun 2021 ini masih berada dalam kelompok 10 besar terbanyak di Provinsi Jawa Timur.  Tepatnya di nomor urut ke-8. Sementara pada tahun 2020 lalu, malah  sempat berada pada nomor urutan ke-3.

Pada tahun 2021, menurut Kasi Promosi kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat  Dinas Kesehatan Kab. Sidoarjo, Endang Sawitri BSc,  ada sebanyak 50 desa di 6 Kecamatan yang saat ini sedang dalam pengawasan, supaya ibu hamil di wilayah itu tidak sampai beresiko tinggi saat melahirkan. Endang sempat menyebutkan 6 kecamatan itu diantaranya Kec. Candi, Jabon, Tanggulangin, Prambon, Tarik dan Sukodono.

“Acuan pengawasan  kita kepada 50 desa yang ada di 6 kecamatan tersebut, karena pada tahun 2021 ini, jumlah kasus Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi  (AKB) di wilayah itu  cukup tinggi,” jelas Endang Sawitri, Jum at (28/5) kemarin, disela-sela kegiatan sosialisasi pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh kader kesehatan desa di 6 kecamatan tersebut, di Setda Sidoarjo.

Meskipun demikian, ibu yang sedang  hamil di Kabupaten Sidoarjo, di wilayah kecamatan lain,  juga tetap diminta  waspada, dengan rutin memeriksakan kehamilannya.  Dan para kader kesehatan desa, juga tetap memberi pembinaan kepada para ibu hamil. Sehingga bidan desa menjadi  tahu ada ibu hamil baru di wilayahnya. Tujuannya, supaya semua ibu hamil di tempat itu,  bisa terdata di posyandu atau pos pelayanan terpadu.

“Sebab selama ini masih juga  ada ibu hamil yang belum tedata. Pernah  ada,  seorang ibu hamil yang sampai 8 bulan tidak pernah periksa kandungannya,” kata Endang.

Ibu hamil yang termasuk resiko tinggi, menurut Endang, diberi skor warna merah.  Sejumlah indikator dalam resiko tinggi ini diantaranya,  usia saat hamil, jarak kehamilan, penyakit penyerta, dan kondisi fisik bunda.

“Bila termasuk dalam resiko tinggi, maka harus melahirkan ke fasilitas kesehatan.  Seperti klinik, puskesmas dan rumah sakit. Tapi banyak diarahkan ke rumah sakit. Sebab disini sarananya lengkap,” ujarnya.

Resiko tinggi ini, lanjut Endang, tidak hanya saat masa kehamilan saja. Namun juga sampai saat masa nifas, juga masih perlu untuk didampingi. Apabila masih ada keluhan, kader kesehatan bisa cepat melakukan upaya preventif.

“Ibu hamil bisa selamat, karena kita peduli,” ujarnya.

Dalam sosialisasi ini, selain digelar di Setda Sidoarjo, juga digelar di Puskesmas Buduran. Topik materinya, selain memaksimalkan pendampingan kader kesehatan dan PKK  terhadap ibu hamil resiko tinggi, juga deteksi ibu hamil dalam masa pandemi covid-19. Narasumber selain dari Dinas Kesehatan Sidoarjo juga Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. *