Sidoarjo-Dinas Kesehatan
Penyakit HIV-Aids masih bisa dicegah dan diobati. Ini bisa dilakukan adanya strategi peningkatan akses diagnosis HIV melalui PITC, Manajemen HIV-Aids terkini. Itulah yang disampaikan Dr. Erwin Astha Triyono, SpPD, KPTI, FINASIM Koordinator UPIPI / Tim Medik AIDS Divisi Penyakit Tropik Infeksi Dept / SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Unair – RSUD Dr. Soetomo dihadapkan para kepala Puskesmas seluruh Sidoarjo di aula Dinas Kesehatan.
“Setiap pasien yang terindikasi HIV-Aids, perlu diyakinkan bahwa penanganan sejak dini sangat penting dilakukan. Keyakinan ini penting agar, setiap penderita yang diduga terkena human immunodeficiency virus atau virus yang bisa menurunkan kekebalan manusia bisa tertangani, sebelum dampak lebih buruk terjadi,†kata Dr. Erwin.
Selain itu, Erwin juga menambahkan, kesadaran penderita mau diperiksa dan tangani, juga dapat berdampak positif bagi pemerintah. Artinya, pemerintah akan bisa lebih mengendalikan tingkat penyebaran atau melakukan pemetaan lokasi hunian penderita HIV-Aids dan IMS. Dengan demikian akan sangat membantu upaya untuk menurunkan jumlah kasus baru HIV, meredam peningkatan jumlah angka kematian, menurunkan stigma dan diskriminasi atau sisi lain yang tak kalah penting adalah demi meningkatkan kualitas hidup pederita itu sendiri.
Deteksi dini penyakit HIV-AIDS bisa dilakukan dengan VCT dan Mobile VCT CST ( Care Support and Treatment ); melakukan pencegahan terhadao penyakit mll program condom use dan LJSS; ada pula program penanggulangan kasus dengan melakukan kolaborasi  TB-HIV, HIV-Diare; serta berbagai kegiatan LKB ( Layanan Konprehensip Berkesinambungan).
Seperti di Sidoarjo kini sudah ada kegiatan seperti ini di 5 Kecamatan, antara lain: Sidoarjo, Krian, Porong, Taman dan Waru. Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo pun cukup aktif melakukan upayaBehavior Change Communication  melalui kegiatan sosialisasi, penyuluhan, pembentukan Duta stop AIDS, WPA , ABAT, atau yang lain.
Dalam kesempatan itu, Dr. Erwin juga mengungkapkan bahwa saat ini Jawa Timur merupakan wilayah kedua se Indonesia yang paling banyak ditemukan penderita HIV-Aids. Peringkat pertama adalah Papua (7.795 orang), Jawa Timut (6.900 orang), DKI Jakarta (4131 orang), Jawa Barat (4131 orang) dan Bali (3344 orang).
Diantara sekian jumlah kasus HIV-Aids di Jawa Timur di tahun 2012 itu, ternyata ada penurunan di tahun 2013 – terhitung sampai bulan Juni 2013 – hanya sekitar menjadi 2016 kasus HIV-Aids. Begitu pula jumlah kasus kematian hanya sekitar 32 kasus saja. Kondisi ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya; tertinggi di tahun 2011 mencapai 323 kasus. “Realitas ini menunjukkan bahwa HIV-Aids masih bisa dicegah dan diobati,â€Âkatanya. (cat)