Dinkes-Sidoarjo
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan, dr. M Athoillah mengungkapkan hal tersebut.  Ketika menerima laporan banyaknya kasus demam berdarah, metode tersebut digunakan untuk melihat data awal terkait laporan DB yang cukup banyak. Setelah menggunakan pendekatan tersebut, terdeteksi sekitar 58 kasus sejak Januari 2019.
Perlu diketahui, Penyelidikan Epidemiologi DBD  bertujuan untuk mengetahui potensi penularan dan penyebaran DBD lebih lanjut serta tindakan penanggulangan yang perlu dilakukan di wilayah sekitar tempat tinggal penderita.
Ada tiga hal yang perlu diwaspadai dalam penanggulangan penyakit demam berdarah. Pertama, pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan gerakan satu rumah satu jumantik wajib dilaksanakan; kedua disempurnakan dengan aktivitas abatisasi; ketiga fogging sebagai pendukung.
Pemberian abate ini penting untuk melumpuhkan jentik-jentik nyamuk. Caranya cukup ditabur di bak penampungan air atau bak mandi atau kolam ikan pun juga bisa. Selama diberi abate, air tetap dapat dimanfaatkan untuk mandi dan sebagainya.
Dinas Kesehatan Sidoarjo telah membagikan bubuk abate kepada masyarakat melalui puskesmas. Ada 26 puskesmas yang memperoleh jatah abate dan pemberian bubuk ini diprioritaskan pada pada wilayah endemis DBD. Dalam pelaksanaannya, Puskesmas bekerja sama dengan kader kesehatan agar tepat sasaran.
Penyebab DB, selain curah hujan yang tinggi, ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya nyamuk malaria hingga menyebabkan kasus DB di Sidoarjo meningkat. Seperti air penampungan yang kotor, genangan yang dasarnya bukan dari tanah, bak mandi, kolam ikan, tong bekas, dan kaleng yang tak tertutup. Ditempat-tempat itulah nyamuk Aedes aegepty berkembang,” terangnya. (cat)