Dinas Kesehatan-Sidoarjo
Dinas Kesehatan menggelar evaluasi kinerja Usaha Perbaikan Gizi Keluarga; sekaligus aktivitas pembinaan dan monitoring. Kegiatan ini dilakukan mengingat masalah  Gizi Kurang masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang patut dicermati.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo dr. Ika Harnasti yang didampingi Kepala Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat, Ida Ernani Apt dan penanggungjawab Seksi Gizi, Sri Andari SKM mengatakan evaluasi ini dilakukan guna mendapat gambaran pemberdayaan keluarga, masyarakat serta kerja sama lintas sektor di bidang kesehatan, pangan dan gizi melalui evaluasi UPGK di tingkat desa, sebagai perwakilan masing-masing kecamatan.
Dari hasil pemantuan rawan gizi dan pelacakan kasus gizi buruk di beberapa wilayah, menunjukkan bahwa penyebab gizi buruk selain faktor kemiskinan struktural, faktor pengetahuan orangtua juga turut menentukan.  Termasuk penyakit yang disertai tanda-tanda kelaparan. Diantaranya menurunnya frekuensi makan 3 kali atau 2 kali menjadi 1 kali sehari yang sering disertai dengan berubahnya bahan makanan pokok yang dimakan dan jumlah makanan yang dikonsumsi,â€Âkatanya.
Kepala Bidang Pemberdayaan Kesehatan Masyarakat (PKM) Ida Ernani Apt menambahkan, perhatian khusus dan kerjasama antara petugas kesehatan atau lintas sektor lain khususnya PKK, Kader Posyandu, dan tokoh masyarakat lainnya juga sangat penting sekali perannya.
â€ÂPerlu diketahui, sebenarnya ada 4 masalah gizi utama di masyarakat. Antara lain: gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Anemia Gizi Besi (AGB, Kurang Vitamin A (KVA) dan Kurang Energi Protein (KEP). Penyebab utama masalah tersebut adalah pola asuh, antara lain, kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat yang keliru saat memilih, menyediakan  dan mengkonsumsi makanan,†katanya.
Ada lagi yang juga perlu dipahami masyarakat. Pemberian makan terlalu dini dan tidak tepat juga dapat mengakibatkan anak menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan. Fenomena “gagal tumbuh†atau growth faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 6 bulan ketika bayi diberi makanan selain ASI dan terus memburuk hingga usia 18-24 bulan. Salah satu upaya untuk mencapai sasaran tersebut adalah mempromosikan pemberian MP-ASI yang tepat jumlah, kualitas dan tepat waktu.
Perlu dipahami masyarakat bahwa pertumbuhan otak diawali dari terjadi konsepsi sampai dengan bayi tahan sampai usia 2 tahun; yang mana dikenal dengan 1000 hari pertama kehidupan (HPK). Pemerintah pun telah membuat ketetapan terkait Gerakan 1000 HKP ini melalui Perpres no 42 tahun 2012.
Untuk keberhasilan Gerakan 1000 HPK perlu kerjasama berbagai pihak sebagai mitra pembangunan dalam negeri dan luar negeri. Pada tahapan global gerakan 1000 HPK ini disebut Gerakan Scaling up Nutrition (SUN). Gerakan SUN ini didukung oleh PBB dan Zero Hunger Challenge dimana visinya adalah setiap orang memperoleh haknya mendapatkan makanan cukup nutrisi yang baik. (cat)