Penderita penyakit di Sidoarjo mengalami perubahan tren. Belakangan, tingkat risiko penderita penyakit berubah dari penyakit menular (PM) menjadi ke penyakit tidak menular (PTM).
Kabid Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Sidoarjo, dr Stephanus Idong Djuanda, mengatakan risiko tinggi kematian penderita penyakit di Kota Delta lebih banyak dari PTM.
“Trennya mulai bergeser sejak tiga sampai empat tahun belakangan ini,” kata Idong saat hadiri  launching Aplikasi Mobile Screening (MS) Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) Sidoarjo, beberapa waktu lalu.
Menurut dr Idong menyebutkan yang termasuk PTM itu adalah diabetes melitus (DM), jantung, stroke, gagal ginjal, dan lainnya.
Dr Idong menuturkan setidaknya lebih dari 50.000 warga Sidoarjo menderita PTM pada 2016.
“Dan terus mengalami peningkatan yang agak mengkhawatirkan,” sambungnya.
Faktor gaya hidup, menjadi penyebab utama semakin tingginya PTM.
Umumnya, para penderita PTM tersebut terlambat diagnosa. Dijelaskan, para penderita banyak yang mulai berobat ketika penyakitnya sudah masuk stadium tinggi sehingga hampir tak mungkin lagi bisa disembuhkan.
“Bahkan kami sampai membuat Divisi PTM untuk menekan kenaikannya,” ungkapnya.
Divisi PTM ini melakukan pendataan, sekaligus sosialisasi ke warga untuk menjalani pola hidup sehat.
“Sampai ke tingkat puskesmas kami sosialisasikan,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Cabang BPJS Sidoarjo, dr Dwi Hesti Yuniarti, menambahkan risiko kematian dari PTM bisa dicegah selama warga mengetahui kondisi kesehatannya.
Secara nasional, BPJS meluncurkan aplikasi MS yang berbasis Android agar warga peserta asuransi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bisa mengetahui kondisi kesehatannya.
“Saat mendaftar JKN, warga dicek dulu riwayat kesehatannya. Melalui MS.
Sumber Tribun