Bupati Minta Warga Sidoarjo Biasakan Konsumsi Air Bersih dan Sehat, untuk Mencegah Kasus Stunting

Bupati Ahmad Muhdlor

Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor,  mengajak semua warga masyarakat di Kab Sidoarjo untuk membiasakan diri setiap hari mengkonsumsi air minum yang sehat dan layak minum.

Karena air minum yang sehat dan layak konsumsi, dan tidak sampai ada kandungan zat besi (fe) nya, menurut Bupati muda di Kab Sidoarjo ini, akan bisa menghindarkan masyarakat Sidoarjo dari terjadinya kasus stunting.

“Kandungan logam berat ini tidak bisa dibersihkan dalam tubuh. Akibatnya, pasokan nutrisi gizi tidak bisa masuk ke dalam tubuh. Sebab terhalang oleh adanya kandungan zat besi (Fe)  yang tinggi, yang ada dalam tubuh seseorang. Akibatnya seseorang akan bisa kekurangan gizi,” tuturnya saat membuka
acara riview kinerja tahunan aksi integrasi stunting tahun 2021,   yang digelar oleh Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo, Selasa (7/12/2021) di Pendopo Delta Wibawa.

Kasus terjadinya stunting di Kab Sidoarjo, menurut dirinya disebabkan bukan karena masyarakat gagal dalam masalah ekonomi saja. Namun menurutnya, juga gagal dalam edukasi. Yakni masih ada sebagian masyarakat Sidoarjo, yang masih mengkonsumsi air yang tidak sehat.

Dirinya mengatakan di salah satu wilayah kecamatan di Kab Sidoarjo, ada masyarakatnya yang masih menggunakan air yang tidak sehat. Karena tercemar oleh aktivitas perusahaan.
Warga tidak tahu, sebab memang kalau dilihat dengan mata biasa, kondisinya sangat jernih. Padahal air disana telah terkontaminasi zat besi setelah dilakukan suatu kajian.

Bupati Muhdlor  mengharapkan para penyuluh dan kader di desa supaya mensosialisasikan kepada masyarakat agar membiasakan diri mengkonsumsi air minum yang sehat.

Kepala Dinas Kesehatan Kab Sidoarjo, drg Syaf Satriawarman, dalam kesempatan itu melaporkan pada tahun 2021  ini ada 31 desa di Kab Sidoarjo yang dijadikan prioritas locus penanganan kasus stunting dan intervensi kasus gizi buruk.

“Yang perlu untuk dikuatkan secara integrasi adalah pemberian gizi
pada 1.000 hari kelahiran  pertama dan kepada remaja pra nikah,” katanya.

Menurut drg Syaf, pencegahan kasus stunting  dan gizi buruk akan lebih efektip apabila ada dukungan dari semua pihak. Mulai dari Pemerintah, desa, masyarakat desa, organisasi masyarakat dan kalangan swasta.

Kegiatan aksi integritas stunting tahun 2021, yang diikuti peserta dari pihak desa, kecamatan, Puskesmas, Ormas dan OPD terkait itu, menurut drg Syaf, juga bisa untuk persiapan melakukan penanganan kasua stunting pada tahun 2022 mendatang.

Dirinya melaporkan pada tahun 2013 lalu, Kab Sidoarjo sempat pernah menjadi locus stunting dari hasil riset kesehatan dasar (Rikesda) oleh Kemenkes. Karena kasusnya sempat tinggi. Yakni 21% . Kemudian pada tahun 2018, juga sempat tinggi sebesar 27%.

Namun sesuai dengan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2019 lalu, kondisi kasus stunting di Kab Sidoarjo sebesar 13.24%. Angka tersebut menjadikan kondisi kasus stunting di Sidoarjo nomor dua paling rendah dari 38 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur. (*)